DAKWAH. Sepertinya tidak asing
lagi di telinga kita mendengar kata yang tersusun dari enam rangkaian huruf
itu. Namun, belum tentu setiap orang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
sama akan dakwah. Apa itu dakwah? Apa saja yang ada di dalamnya? Seberapa
pentingkah dakwah? Saya sendiri sebagai orang awam masih belum mengerti
sepenuhnya tentang dakwah. Tidak berbeda dengan teman-teman semua ketika kalian
sering mendengar bahwa dakwah itu berarti menyampaikan. Lalu, apa yang disampaikan
dalam dakwah itu sendiri? Tentunya adalah ilmu. Kemudian muncul pertanyaan lagi
dalam benak hati saya. Apakah semua ilmu yang kita sampaikan juga dapat
dikatakan sebagai dakwah?
Berdasar perjalanan waktu hidup
saya hingga detik ini saya sedikit menyimpulkan tentang apa itu sebenarnya
dakwah, walaupun kesimpulan yang saya ambil ini belum tentu benar karena saya
juga merupakan insan yang masih sama-sama sedang belajar di dunia ini seperti
teman-teman semua, serta kebenaran yang mutlak hanyalah dimiliki oleh Dia Yang Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Sesuatu yang kita sampaikan
dapat dikatakan sebagai dakwah adalah tergantung dari niatnya. Banyak sekali
ilmu yang ada di dunia ini. Bahkan jika kita mau mengkajinya secara
terus-menerus maka ilmu itu tidak akan pernah habis untuk dipelajari. Nah, ilmu
yang begitu luas tersebut sebenarnya berasal dari hanya satu sumber yaitu
Al-Qur’an. Kenapa bisa dikatakan demikian? Ya, jika kita melihat kembali
sejarah masa lalu, yaitu pada zaman kenabian, maka belum ada pengetahuan yang
sangat kompleks seperti sekarang ini. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan/diwahyukan melalui Nabi
kita Muhammad SAW dimana Al-Qur’an merupakan kitab yang telah sempurna jika dibandingkan
dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Selain itu, Al-Qur’an juga
menjadi petunjuk bagi semua orang di dunia akan kebenaran dalam menjalani hidup
untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Lalu, apa bukti
bahwa ilmu-ilmu yang ada pada zaman sekarang adalah bersumber dari Al-Qur’an?
Al-Qur’an bukanlah kitab yang
ayat dan surahnya diturunkan sekaligus dalam bentuk seperti sekarang ini.
Namun, Al-Qur’an merupakan kitab dimana surah atau ayatnya diturunkan secara
berangsur-angsur dalam suatu periode waktu tertentu. Setiap kali Nabi Muhammad
SAW mendapatkan wahyu yaitu berupa surah atau ayat yang diturunkan oleh Allah
SWT, beliau langsung menyampaikan dan mengajarkan wahyu tersebut kepada para
sahabatnya. Beliau mengkajinya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Para sahabat nabi inilah yang kemudian menyebarluaskan berita gembira tersebut
kepada seluruh umat di dunia. Tidak hanya menyebarluaskan, para sahabat nabi
juga mencatat setiap ayat atau surah Al-Qur’an yang turun yang telah
disampaikan oleh Nabi SAW kepada mereka. Selain itu, mereka juga gemar untuk
mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Kegemaran untuk mencari tahu ini,
ditambah dengan kesiapan untuk selalu mengasah otak, merupakan landasan yang
tepat bagi perkembangan luar biasa dari ilmu-ilmu Islam. Banyak tokoh-tokoh
penemu Islam seperti Ibn Firnas yang merupakan penemu pertama mesin terbang,
bapak aljabar dan algoritma yaitu Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, dokter Mesir
Ibn an-Nafis yang menemukan sirkulasi darah, dan masih banyak tokoh-tokoh Islam
lainnya yang dengan berfikir menggunakan akalnya, melihat, dan merenungkan
setiap ajaran Al-Qur’an mereka berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Adanya penjajahan budaya oleh
bangsa barat serta adanya globalisasi inilah yang mengakibatkan merosotnya
kualitas ummat Islam pada zaman sekarang. Sesungguhnya, kaum Muslim bahkan
tidak dapat menemukan apa pun yang layak dipelajari dari bangsa Barat. Barat
adalah importir mentah dari kincir angin hingga lagu-lagu cinta dan
lengkung-lengkung dalam bangunan ‘gothic’.
Kesenian dan sains Arab,
terutama ilmu pengetahuan alam memudar pada abad keempat belas. Salah satu
alasannya adalah munculnya teori taqlid, “ditutupnya pintu penafsiran (bebas)”
dengan sengaja. Menurut teori ini, segala sesuatu yang harus diketahui dan
pantas diketahui telah diketahui dan dipahami dengan lebih baik oleh
orang-orang yang hidup di zaman yang lebih dekat dengan saat turunnya wahyu.
Tentu saja, kemunduran yang
terjadi sejak abad keempat belas dan seterusnya bukannya sama sekali tanpa
pengharapan. Tetap ada semangat kreatif yang bekerja bahkan dalam periode ini,
terutama dalam bidang teologi, sastra, dan arsitektur. (Kita hanya perlu
mengingat Taj Mahal (1634) dan Masjid Biru di Istanbul, yang dibangun pada
waktu yang sama). Tetapi cahaya pengharapan ini menjadi redup karena langkanya
ilmuwan alam Islam. Akibatnya hanya ada satu ilmuwan yang berasal dari dunia
Islam yang pernah menerima hadiah Nobel yaitu ahli fisika dari Pakistan,
Abdes-salam Ahmed.
Nah,
dengan melihat sedikit sejarah tentang ilmu pengetahuan tersebut, sudah
sepantasnya kita sebagai pemuda Muslim, khususnya sebagai seorang mahasiswa
yang tingkat intelektualnya bisa dibilang tinggi untuk meneruskan kembali
perjuangan para sahabat nabi tersebut yaitu menyampaikan kebenaran atas berita
gembira yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengan berita
gembira disini adalah kabar tentang turunnya wahyu Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup manusia untuk menuju kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Selain itu,
kita sebagai mahasiswa juga harus turut serta dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan/sains, budaya, kesenian dan sebagainya yang sudah kita ketahui
sebelumnya bahwa semua ilmu-ilmu tersebut bersumber dari Al-Qur’an.
Tidak hanya ilmu pengetahuan,
kita juga harus menyampaikan tentang suatu kebenaran agama ini, yaitu Islam.
Namun, dalam menyampaikan kebenaran tersebut kita tidak boleh memaksakan orang
lain untuk masuk ke dalam agama ini. Islam tidak mendukung dakwah yang agresif.
Bahkan Nabi diperingatkan untuk melakukan ini:
Kamu
hanya seorang pemberi peringatan… (11:12)
Dan
katakanlah kepada para ahli kitab dan orang-orang yang buta agama itu, “Maukah
kalian masuk Islam?” Jika mereka menyatakan kesediaanya, berarti mereka menerima
petunjuk Allah. Tetapi jika mereka tidak mau, tugasmu hanyalah menyampaikan
ayat-ayat Allah saja.
(3:20)
Jelaslah bahwa tidak ada paksaan
dalam beragama. Tugas kita hanyalah menyampaikan kebenaran dengan sebisa kita
dan semampu kita. Nah, kegiatan atau aktivitas kita dalam menyampaikan
kebenaran inilah yang dinamakan dengan dakwah. Jadi, niat kita dalam
menyampaikan sesuatu harus ditujukan untuk menegakkan agama Allah, atau untuk
kebermanfaatan umat Islam. Dakwah ini tidak mengenal waktu, tempat, bahkan
dalam segala kondisi apapun kita bisa selalu berdakwah. Orang yang berdakwah
adalah orang-orang yang pernah melaksanakan dan merasakan kenikmatan dari apa
yang dia lakukan, dan dia tidak egois, dia ingin orang lain juga merasakannya.
Oleh karena itu, dia mengajak orang lain melaui dakwah.
Jadi, kita sebagai insan yang
mempercayai agama ini kita memiliki kewajiban untuk menyampaikan ilmu kita
kepada orang lain atau generasi penerus bumi ini walaupun yang kita sampaikan
hanyalah pengetahuan yang sangat sedikit atau lebih kecil dari butiran debu di
padang pasir. Jika tidak ada yang mau berkontribusi untuk meneruskan perjuangan
dakwah para nabi, para sahabat, dan para ulama, mungkin saya tidak bisa menulis
dan menyampaikan beberapa kalimat seperti sekarang ini.
Selain itu, sebagai mahasiswa
tentunya juga harus selalu belajar, bekerja keras, dan sebisa mungkin dengan
kemampuan kita mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang telah ada saat ini.
Semuanya harus kita niatkan untuk kebermanfatan seluruh umat yang ada di dunia.
Hal ini juga sebagai pergerakan untuk meneruskan perjuangan para ilmuwan Muslim
atas karya-karyanya dan penemuannya yang menjadi awal perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini.
Februari, 2016
NLS
Komentar
Posting Komentar